Popular Post

Posted by : Unknown Kamis, Maret 06, 2014

Kamis, 13 Februari 2014 23.00

Kelud kembali pada ritual 7 tahunan nya, abu vulkanik kembali dimuntahkan dan menyebar keseluruh wilayah di sekitarnya. Kediri, malang, blitar, surabaya bahkan sampai jogya terkena dampaknya, dan Desa ku tak luput dari hujan abu vulkanik kelud. semua menjadi putih, dan pedih jika terkena mata. 

Saat teman ku mengajak berangkat ke blitar untuk merespon letusan kelud, tanpa pikir panjang aku segera berangkat. Bersama Mas Sueb, Mas co, irvan dari tuban aku meluncur ke blitar, tepatnya di kecamatan nglegok, kabupaten malang. Daerah ini merupakan kawasan KRB II karena berjarak kurang lebih 20km dari titik letusan gunung api kelud. Suasane disana ternyata tidak sesuai dengan apa yang kubayangkan, warga ternyata sudah siap terhadap apa yang akan terjadi. Disambut oleh mas arif (relawan dari FPBI surabya) yang sudah berada lebih dulu disana, dan kemudian berkenalan dengan warga sekitar yang bergabung dalam KSB Blitar (Kampung Siaga Bencana). Kami diminta untuk menjadi tim trauma healing disana, sebuah hal yang baru untukku. 
Trauma Healing di posko pengungsian

Trauma healing adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membantu orang lain untuk mengurangi bahkan menghilangkan gangguan psikologis yang sedang dialami yang diakibatkan syok atau trauma. Kegiatan kami fokus kepada anak - anak, agar sekembalinya dari pengungsian mereka bisa beraktivitas seperti biasa dan tidak meninggalkan pengalaman pahit dikemudian hari terhadap bencana letusan gunung berapi kelud.

Senin, 17 Februari 2014
Adanya bencana gunung api kelud ternyata tidak hanya direspon masyarakat dan relawan dari berbagai daerah. Namun, RI 1 atau presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono bersimpatik dan menyempatkan diri untuk datang di camp-camp pengungsian di yang ada. Di Nglegok, pak SBY di jadwalkan akan hadir siang jam 14.00, segala persiapan dilaksanakan mulai dari "menyiapkan" para pengungsi, sarana dan prasana sampai personil untuk menyambut kedatangan beliau. Semua nampak antusia kecuali aku, entah kenapa aku berfikir semua ini terlalu berlebihan. Malam ketika aku datang semua tampak biasa dan tidak ada kejadian yang terlalu luar biasa, tapi pagi ini semua nampak siap dan hilir mudik menyiapkan semua. Mulai dari paspanpres yang sibuk dengan semua protokol, sampai para wartawan dan relawan dadakan yang tiba - tiba memenuhi tempat pengungsian. Hal ini bertolak belakang, ketika jam 19.00 WIB, pak SBY meninggalkan Nglegok, semua yang siang tadi rame mendadak hilang dan tempat pengungsian kembali sepi seperti malam ketika aku datang. Akhirnya, aku menghabiskan malam bermain bola dan balon dengan anak-anak pengungsian bersama mas arif.

Selasa, 18 Februari 2014
Subuh - subuh aku dibangunkan oleh mas arif, ternyata kami kedatangan teman - teman FPBI dari UNESA Surabaya. Mereka terdiri dari 13 personil, dalam hari aku bersyukur akhirnya ramai lagi ini. Pagi hari, seperti biasa aku ngobrol dengan beberapa ibu - ibu di pengungsian, ternyata mereka akan kembali ke rumah pagi ini. Jadi agenda hari ini adalah menyalurkan bantuan ke desa - desa yang terdampak langsung letusan gunung api kelud. Malam nya teman - teman FBPI UNESA kembali ke Surabaya.

Kamis, 20 Februari 2014
Hari ini, kami berencana melakukan kaji cepat kebutuhan dan trauma healing ke desa - desa terdampak bencana. Dengan di komando langsung oleh Pak Aji dari jakarta yang merupakan ketua FBPI pusat, serta teman - teman relawan dari bojonegoro yang datang kmaren (teman - teman pramuka, PA) yang tergabung dalam FPBI Bojonegoro, kami melakukan kaji cepat ke Dukuh kalibladak desa penataran kecamata nglegok blitas. Disana suasana sangat tragis, dimana rumah - rumah atapnya hancur dan bolong di sana - sini. Kami yang sudah dibagi menjadi 2 tim : tim kaji cepat kebutuhan (assesment) dan tim trauma healing segera melaksanakan tugas. Aku berbincang dengan seorang warga bernama mbah nonong yang berusia 78 tahun yang tinggal berdua dengan suaminya mbah taji ( 92 tahun), mereka bercerita tentang bagaimana keadaaan mereka, rumah mereka masih utuh. Namun Mbah Taji menderita sakit sejak di pengungsian karena merasa bosan dan tertekan saat pengungsian. Berbeda dengan Mbah Taji, Mbah Nonong terlihat sehat dan sangat energik. Beliau selalu bilang "oyi" setiap kita tanya dan terlalu tersenyum ramah. Tak berbeda dengan Mbah Nonong, kami bertemu dengan Mbah Memble, beliau tersenyum begitu melihat kami, beliau terlihat akrab dengan teman - teman FPBI Surabaya. Ternyata rumah beliau pernah digunakan sebagai base camp tanggap bencana teman -teman FPBI waktu merespot kondisi "siaga" Kelud tahun 2007. Beliau bercerita banyak tentang bagaimana terjadinya letusan dan apa - apa saja yang beliau alami di pengungsian dengan penuh antusias. Sebelum pulang, kami berkumpul untuk membahas hasil assesment dan trauma healing yang sudah dilakukan di rumah mbah agung. Seorang relawan yang banyak memberikan bantuan dan inspirasi untukku. Candaan - candaan dan tutur sapa beliau yang ramah, membuat kami merasa bahwa kami sedang berada di rumah dan tidak berada di KRB I.

Jum'at 21 Februari 2014
Anak - Anak siaga bencana kampung anyar
Hari ini kami menuju ke desa kampung anyar, 7.2km dari puncak gunung api kelud. Dari kampung anyar, kelud nampak jelas masih mengepulkan asap putih, akan tetapi hari itu status sudah turun menjadi siaga. Kami segera menyebar karena beberapa personil kami gabung dengan KSB untuk penyaluran bantuan. Tim segera melakukan assesment untuk mengumpulkan data terkini mengenai kondisi terakhir serta kebutuhan para warga di kampung anyar pasca letusan gunung api kelud. Ternyata warga di kampunganyar sudah sadar, mampu merespon dan terorganisir dengan baik saat bencana terjadi, tidak berbeda dengan warga kalibladak kesadaran bahwa mereka berada di KRB I membuat warga menjadi warga yang siap dan mampu mengkondisikan diri dengan baik. 










Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Catatan si siput kecil - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Siput Kecil -